Nirkala Bali Luncurkan Single Baru

6 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Komunitas Disabilitas Seni Nirkala Bali meluncurkan video klip dan single terbaru mereka, Minggu (9/3). Grup musik yang beranggotakan penyandang disabilitas sensorik netra ini tidak hanya menampilkan kemampuan bermusik, tetapi juga semangat untuk terus berkarya tanpa mengenal batas.

Launching video klip ‘Semangat Demi Masa Depan yang Indah’ dan single berjudul ‘Tradisi Leluhur’ dikemas dalam sebuah acara bertema inklusif di Graha Nawasena, Jalan Kamboja Denpasar. Antusiasme dari komunitas, pegiat seni, hingga masyarakat umum, mengiringi gebrakan Nirkala Bali di awal tahun 2025 ini. 

I Wayan Dika Setyana Jaya selaku Ketua Seni Nirkala Bali mengungkapkan bahwa video klip ‘Semangat Demi Masa Depan yang Indah’ merupakan bentuk motivasi dan harapan, tidak hanya bagi para penyandang disabilitas, tetapi juga seluruh masyarakat agar terus berjuang menata masa depan yang lebih baik.

“Lagu ini saya tulis 2019 sebagai bentuk luapan emosi dan harapan pribadi. Dulu saya ingin simpan untuk diri sendiri, tapi kemudian kami sepakat untuk membagikannya ke publik sebagai pesan semangat,” ujar Dika, yang juga vokalis dan pencipta lagu dalam grup tersebut.

Lagu ini menjadi salah satu karya monumental komunitas Nirkala Bali, yang sebelumnya dikenal dengan nama ‘Duo Polos.’ Komunitas ini resmi berdiri pada 25 Oktober 2019 di kawasan Panjer, Denpasar. Nama Nirkala sendiri diambil dari bahasa Kawi, yang berarti ‘tak lekang oleh waktu,’ mencerminkan semangat berkarya tanpa batas waktu dan tanpa intervensi.

Selain ‘Semangat Demi Masa Depan yang Indah,’ Nirkala Bali juga meluncurkan lagu ‘Tradisi Luhur’ yang mengangkat pentingnya pelestarian budaya, sastra, dan bahasa Bali. “Kami ingin generasi muda Bali tetap mengenal akar budayanya, bahkan lewat musik,” tambah Dika.

Format band yang diusung Nirkala kini terdiri dari empat personel: Dika (vokal dan gitar), Nyoman Bawa alias Bobby (bass), Dede Satria (keyboard), dan Gung Praba (drum), dibantu satu kru teknis. Meski tidak terpaku pada satu genre, mereka lebih condong pada rock alternatif dengan sentuhan etnik Bali.

Komunitas ini telah melahirkan belasan karya musik, termasuk ‘Jelek Belog’, ‘Tri Hita Karana’, ‘Bali Suarga Loka’, ‘Ampurayang’, dan ‘Kisahku’. Beberapa prestasi pun telah mereka raih, seperti juara favorit musikalisasi puisi dalam Bulan Bahasa Bali 2021 dan Juara Harapan III dalam lomba jingle Kopi ABC Bali tahun 2020.

Perjalanan hidup Dika sendiri memberi inspirasi kuat di balik berdirinya komunitas ini. Lahir di Denpasar pada 27 Juli 1998, Dika mengalami gangguan penglihatan sejak usia delapan tahun. Meski sempat menolak melanjutkan sekolah di SLB, akhirnya ia kembali menempuh pendidikan dan menemukan dunia seni modern di sana. Ia mengaku mulai menekuni musik sejak kecil, dengan inspirasi dari band-band lokal seperti Lolot, Triple X, dan Bintang.

“Dulu saya sempat emosional, mudah marah karena keterbatasan. Tapi saya belajar memeluk kekurangan sebagai kekuatan. Setiap keterbatasan pasti punya kelebihan,” ujar anak sulung dari empat bersaudara ini.

Orangtua Dika berasal dari latar belakang sederhana: ayahnya bekerja sebagai petugas pembakaran jenazah, dan salah satu satpam Pasar Badung, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga yang juga menerima pekerjaan menjarit banten. 

“Pesan saya untuk teman-teman disabilitas: jangan jadikan kelemahan sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Gali potensi diri, karena di setiap kelemahan pasti ada kelebihan,” pungkas Dika.7mao
Read Entire Article